Ayo Kawan – Pada malam Minggu, 2 Februari 2025, terjadi insiden tragis yang melibatkan kapal RIB 04 milik Kantor SAR Ternate di Perairan Gita, Kecamatan Oba, Kota Ternate. Dalam kejadian tersebut, tiga anggota tim penyelamat dilaporkan meninggal dunia saat mereka sedang menjalankan misi penyelamatan terhadap dua nelayan yang mengalami mati mesin di tengah lautan. Ledakan yang terjadi di atas kapal menyebabkan hampir seluruh penumpang terlempar ke dalam air, sementara mereka yang masih bertahan berusaha berenang untuk kembali ke kapal.
Menurut informasi yang disampaikan oleh Direktur Polisi Perairan dan Udara (Dirpolairud) Polda Maluku Utara, Kombes Pol Azhari Juanda, insiden ini terjadi dalam rangka operasi pencarian dan penyelamatan yang dilaksanakan oleh Kantor SAR Ternate. Pada saat itu, Kantor SAR Ternate tengah menerima laporan dari masyarakat mengenai dua orang nelayan yang terjebak di perairan Desa Gita, Kecamatan Oba, akibat mesin kapal mereka mati. Misi penyelamatan kemudian dilaksanakan dengan mengerahkan Kapal RIB 04 yang dipandu oleh Tim SAR gabungan, yang terdiri dari anggota Basarnas dan Dit Polairud Polda Maluku Utara.
Kapal yang digunakan dalam misi tersebut berangkat dari Pelabuhan Ahmad Yani, Ternate, dengan membawa 11 orang, termasuk anggota Basarnas, Dit Polairud, dan satu wartawan dari Metro TV. Keberangkatan mereka menuju lokasi kecelakaan nelayan yang terdampar tidak disangka akan berakhir dengan tragedi. Sesaat sebelum sampai di lokasi, sekitar 15 hingga 20 menit perjalanan, kapal yang digunakan meledak. Ledakan tersebut mengakibatkan hampir seluruh penumpang kapal terlempar ke air.
Syahran Laturua, Kasiops Basarnas Ternate yang juga berada di atas kapal pada saat kejadian, mengungkapkan bahwa mereka yang terlempar berhasil berenang kembali ke kapal RIB 04. Dalam situasi genting tersebut, Laturua segera melaporkan insiden tersebut ke kepala kantor Basarnas, yang kemudian mengarahkan kapal KM SAR 237 Pandudewanata untuk menuju lokasi guna melakukan pertolongan lebih lanjut.
Setelah menerima laporan tentang ledakan tersebut, pihak Basarnas segera berkoordinasi dengan Dit Polairud Polda Malut serta kapal patroli Laut dan Pantai (KPLP) UPP Sofifi untuk memberikan bantuan. Dalam perjalanan menuju lokasi, tim mendapatkan informasi dari Kapten Kapal Cantika 10 yang telah menemukan beberapa korban dan langsung membantu proses evakuasi.
Total korban yang berhasil dievakuasi berjumlah 10 orang. Tujuh di antaranya berhasil selamat, sementara tiga orang lainnya meninggal dunia dalam insiden tersebut. Tiga korban yang meninggal dunia adalah Bharatu Mardi Hadji, anggota Dit Polairud Polda Maluku Utara, serta dua anggota Basarnas, Fadli M. Malagapi dan M. Rizki Esa. Sementara itu, satu orang lagi, yaitu seorang wartawan Metro TV bernama Sahril, masih dalam pencarian.
Tragedi ini menunjukkan betapa berisikonya tugas penyelamatan di lautan, di mana para petugas harus menghadapi bahaya yang tidak terduga demi menyelamatkan nyawa orang lain. Sebagai bagian dari tim yang terlibat dalam operasi penyelamatan tersebut, mereka telah menunjukkan dedikasi dan keberanian yang luar biasa, meskipun harus menanggung kehilangan yang mendalam. Sebuah peringatan bahwa pekerjaan di dunia penyelamatan membawa tantangan dan bahaya yang tidak selalu tampak.