Ayo Kawan – Indonesia memiliki peluang besar dalam memanfaatkan fenomena “resetting” atau penataan ulang ekonomi global yang sedang berlangsung. Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza menyampaikan bahwa perubahan ini bisa menjadi kesempatan emas bagi Indonesia untuk memperbaiki dan memperkuat kualitas neraca perdagangan nasional, sehingga memberikan keuntungan yang lebih besar bagi perekonomian dalam negeri.
Faisol menegaskan bahwa industri di Indonesia harus mampu beradaptasi dengan dinamika ekonomi global yang terus berubah. Hal ini ia sampaikan dalam acara Bazar Ramadhan 2025 di Jakarta. Menurutnya, saat ini beberapa negara besar seperti Amerika Serikat dan China tengah melakukan penyesuaian ulang dalam sektor perdagangan mereka. Fenomena ini dapat dimanfaatkan oleh Indonesia untuk mengisi celah di pasar negara-negara yang terdampak oleh perubahan ekonomi global tersebut.
Untuk merespons situasi ini, salah satu langkah strategis yang dapat dilakukan adalah meningkatkan ekspor produk makanan dan minuman. Faisol menilai sektor ini memiliki keunggulan yang dapat berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan pasar global. Selain itu, ia berharap sektor ini juga mendapatkan dukungan penuh dari ketersediaan bahan baku agar dapat bersaing secara maksimal di pasar internasional.
Selain fokus pada industri makanan dan minuman, diversifikasi produk ekspor dan perluasan pasar juga menjadi strategi yang harus diperkuat. Ragimun, seorang peneliti dari Pusat Ekonomi Makro dan Keuangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyoroti pentingnya pemerintah dalam memperbanyak variasi produk olahan nonmigas serta menjelajahi pasar ekspor baru. Hal ini dinilai penting guna menjaga keseimbangan neraca perdagangan Indonesia yang terus mengalami dinamika.
Berdasarkan data terbaru, neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2025 mencatat surplus sebesar 3,12 miliar dolar AS atau sekitar Rp52,4 triliun. Menurut Ragimun, angka ini menunjukkan sinyal positif bahwa sektor pengolahan nonmigas dalam negeri mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Namun, ia juga mengingatkan bahwa tujuan ekspor Indonesia masih terfokus pada negara-negara tertentu seperti Amerika Serikat, China, dan India. Untuk itu, pemerintah diharapkan dapat memperluas jangkauan ekspor ke negara-negara lain agar perdagangan Indonesia tidak hanya bergantung pada pasar yang sama.
Meskipun neraca perdagangan Indonesia masih mengalami surplus, tantangan tetap ada. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencatat surplus sebesar 3,45 miliar dolar AS atau sekitar Rp56,5 triliun, terjadi sedikit penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa stabilitas ekspor masih dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari fluktuasi permintaan global hingga kesiapan industri dalam negeri untuk bersaing di pasar internasional.
Untuk memastikan neraca dagang tetap kuat dan kompetitif, Indonesia perlu memperkuat strategi ekspor dengan cara memperluas pangsa pasar, meningkatkan kualitas dan daya saing produk, serta memastikan pasokan bahan baku yang stabil. Dengan strategi yang tepat, peluang dari reset ekonomi global dapat dimanfaatkan secara optimal demi pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan menguntungkan bagi Indonesia.