Ayo Kawan – Dalam kunjungannya ke Italia untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin Dunia mengenai Hak Anak, Ketua DPR Puan Maharani telah menandatangani komitmen untuk mendukung anak-anak yang menjadi korban konflik di Gaza dan Ukraina. Tujuan dari langkah ini adalah untuk mengajak dunia agar berpartisipasi dalam upaya memastikan hak-hak anak terlindungi, terutama di tengah kondisi perang yang berlangsung.
Puan Maharani menyampaikan bahwa pendekatan inovatif perlu dikembangkan guna memperkuat hak-hak anak dan membangun dunia yang lebih aman bagi mereka. Perang, menurut Puan, merupakan bentuk pelanggaran terbesar terhadap hak-hak anak. Dalam pernyataannya, Puan juga menegaskan pentingnya menciptakan zona aman di wilayah-wilayah yang terdampak konflik. Penciptaan zona aman ini perlu didukung oleh organisasi kemanusiaan internasional untuk memastikan keselamatan anak-anak di daerah tersebut.
Puan lebih lanjut menyatakan bahwa konflik bersenjata memiliki dampak yang sangat besar terhadap anak-anak, mulai dari penggusuran paksa hingga rekrutmen dan kekerasan terhadap mereka. Menurutnya, meskipun bantuan kemanusiaan tradisional sangat diperlukan, hal itu tidaklah cukup untuk mengatasi permasalahan yang ada. Oleh karena itu, Puan mengusulkan agar program perlindungan anak dapat diintegrasikan ke dalam lembaga-lembaga keagamaan dan budaya untuk memperluas cakupan perlindungan anak.
Dengan meningkatnya ketegangan geopolitik di beberapa wilayah seperti Gaza dan Ukraina, Puan mengajak seluruh pihak untuk menyediakan tempat berlindung, pendidikan, serta bantuan medis bagi anak-anak yang menjadi korban perang. Dia juga menegaskan bahwa anak-anak yang menjadi tentara dalam konflik bersenjata harus dianggap sebagai korban, bukan sebagai pelaku kejahatan. Menurutnya, langkah yang perlu diambil adalah dengan menginvestasikan dalam program rehabilitasi untuk membantu anak-anak yang terlibat dalam peperangan untuk kembali berintegrasi dalam masyarakat.
Setelah menandatangani komitmen tersebut, Puan mengunjungi sejumlah anak yang menjadi korban perang, salah satunya adalah Roman Oleksiv, seorang anak penyintas perang dari Ukraina yang turut hadir dalam acara tersebut. Puan menyampaikan bahwa setiap anak berhak untuk hidup aman dan bebas dari kekerasan yang terjadi akibat perang. Menurutnya, pendidikan merupakan alat yang sangat ampuh untuk mendukung pemulihan anak-anak yang menjadi korban konflik, sekaligus untuk memberdayakan mereka dan mengatasi masalah eksploitasi serta kemiskinan yang masih melanda banyak anak di seluruh dunia.
Puan juga mengungkapkan bahwa dukungan dan komitmen dari seluruh pihak sangat penting untuk memastikan bahwa pendidikan dapat menjangkau anak-anak yang paling terpinggirkan. Sebagian besar dari mereka berada di zona perang, daerah pedesaan, atau kamp-kamp pengungsi, yang seringkali tidak tersentuh oleh pendidikan tradisional. Dalam hal ini, Puan menekankan bahwa pendidikan harus diakses oleh semua anak tanpa terkecuali, terutama bagi mereka yang menghadapi tantangan besar akibat perang dan pemiskinan.
Melalui langkah ini, Puan berharap dapat memperkuat solidaritas internasional dalam melindungi hak-hak anak, khususnya mereka yang terjebak dalam situasi perang dan kekerasan. Dia juga menekankan pentingnya kesadaran bersama untuk memberikan perhatian lebih terhadap perlindungan anak-anak di zona konflik, guna mewujudkan dunia yang lebih baik dan aman bagi generasi penerus bangsa.