Mengenal Jenis-Jenis Delusi: Ketika Pikiran Terjebak Keyakinan yang Salah

Jenis delusi

Hai sobat Ayo Kawan! Dalam kehidupan tiap hari, kita kerap menemui orang yang begitu percaya pada suatu yang sesungguhnya tidak masuk ide. Dapat jadi mereka lagi hadapi yang diucap delusi. Delusi merupakan keadaan psikologis di mana seorang mempercayai suatu yang berlawanan dengan realitas. Bukan hanya soal salah data, tetapi lebih dalam serta dapat jadi bagian dari kendala kejiwaan. Nah, kali ini kita bakal bahas jenis- jenis delusi yang kerap terjalin serta gimana ciri- cirinya.

Delusi Kejaran (Persecutory Delusion)

Ini merupakan salah satu tipe delusi yang sangat universal. Orang yang hadapi delusi kejaran yakin kalau mereka lagi diawasi, dikejar, ataupun dijahati oleh seorang ataupun kelompok tertentu. Misalnya, merasa terdapat yang ingin mencelakai mereka, sementara itu sesungguhnya tidak terdapat fakta apa juga yang menunjang kepercayaan tersebut. Keadaan ini dapat membuat pengidapnya sangat waspada serta penuh kecemasan.

Delusi Kebesaran (Grandiose Delusion)

Dalam delusi ini, seorang merasa dirinya memiliki kekuatan luar biasa, bakat istimewa, ataupun apalagi menyangka dirinya selaku tokoh berarti, walaupun realitasnya tidak demikian. Contohnya, seorang merasa dirinya merupakan utusan Tuhan ataupun mempunyai keahlian mengobati penyakit cuma dengan sentuhan. Delusi ini kerap ditemui pada kendala bipolar serta skizofrenia.

Delusi Cinta (Erotomania)

Delusi ini terjalin kala seorang percaya kalau orang lain—biasanya tokoh populer ataupun orang dengan status sosial tinggi—jatuh cinta padanya. Walaupun realitasnya tidak terdapat ikatan apa juga, pengidap senantiasa yakin serta dapat hingga melaksanakan hal- hal ekstrem, semacam menguntit ataupun mengirim pesan cinta selalu.

Delusi Iri ataupun Cemburu (Jealous Delusion)

Dalam keadaan ini, seorang sangat percaya kalau pendampingnya tidak setia, sementara itu tidak terdapat fakta kokoh yang menampilkan perselingkuhan. Kecurigaan ini dapat jadi sangat intens serta berujung pada sikap yang mengusik, semacam menginterogasi pendamping selalu, mengecek ponsel, sampai mengintai diam- diam.

Delusi Somatik

Tipe delusi ini berhubungan dengan keadaan badan. Seorang dapat merasa kalau terdapat suatu yang salah dengan badannya, semacam percaya dirinya mempunyai penyakit berat, terdapat parasit di dalam badan, ataupun badannya membusuk dari dalam. Ini berbeda dengan hipokondria sebab kepercayaan pengidap delusi somatik betul- betul tidak tergoyahkan walaupun telah ditilik oleh tenaga kedokteran.

Delusi Nihilistik (Nihilistic Delusion)

Pengidap delusi ini merasa kalau dirinya ataupun dunia telah tidak terdapat. Misalnya, merasa kalau dirinya telah mati, bagian badannya lenyap, ataupun dunia sudah sirna. Delusi ini kerap terjalin pada kendala tekanan mental berat serta dapat sangat mengusik kegiatan tiap hari.

Delusi Referensial (Referential Delusion)

Pada delusi referensial, seorang yakin kalau peristiwa acak ataupun peristiwa biasa memiliki arti spesial yang diperuntukan padanya. Misalnya, menyangka kalau kabar di tv lagi mengantarkan pesan rahasia buat dirinya, ataupun suara klakson mobil merupakan kode yang dikirim oleh seorang.

Delusi Kontrol

Orang dengan delusi ini merasa pikirannya, perasaannya, ataupun tindakannya dikendalikan oleh kekuatan luar semacam alien, teknologi, ataupun organisasi rahasia. Pengidap merasa tidak memiliki kendali atas dirinya sendiri serta seluruh tindakannya dikendalikan dari luar.

Aspek Pemicu Timbulnya Delusi

Delusi umumnya terpaut dengan kendala mental semacam skizofrenia, kendala bipolar, ataupun kendala delusional. Aspek biologis semacam ketidakseimbangan neurotransmitter, trauma psikologis, dan tekanan pikiran berat pula dapat merangsang delusi. Tidak hanya itu, pemakaian zat semacam narkoba ataupun alkohol pula bisa memperburuk keadaan ini.

Kesimpulan

Delusi dapat timbul dalam bermacam wujud serta mempengaruhi metode seorang berpikir serta berperilaku. Mengidentifikasi jenis- jenis delusi bisa menolong kita menguasai keadaan psikologis seorang dengan lebih baik. Penindakan delusi memerlukan pendekatan yang hati- hati serta handal supaya pengidap dapat memperoleh dorongan serta pemulihan yang pas.

By admin 2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *